Tampilkan postingan dengan label Materi XI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Materi XI. Tampilkan semua postingan

Nilai Hasil Sumatif Akhir Tahun Kimia Kelas XI

 


Nilai Hasil Sumatif Akhir Tahun Kimia Kelas XI dapat dicermati pada akhir halaman ini, namun sebelumnya perlu diketahui bersama apa yang dimaksud dengan penilaian atau asesmen sumatif.

Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau Capaian Pembelajaran (CP) murid, sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar murid dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar murid dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.

Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester, atau pada akhir fase. Sementara khusus pada akhir semester, asesmen sumatif bersifat pilihan.

Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester, atau pada akhir fase.

Instrumen asesmen dapat dikembangkan berdasarkan teknik penilaian yang digunakan oleh guru. Berikut adalah beberapa contoh teknik asesmen yang dapat diadaptasi untuk melakukan asesmen formatif maupun sumatif:

  1. Observasi
    Penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku secara berkala. Observasi dapat difokuskan untuk semua murid maupun per individu. Observasi juga dapat dilakukan dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.
  2. Kinerja
    Penilaian yang menuntut murid untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja dapat berupa praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat portofolio.
  3. Projek
    Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
  4. Tes tertulis
    Tes dengan soal dan jawaban yang disajikan secara tertulis, untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan murid. Tes tertulis dapat berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau bentuk-bentuk tes tertulis lainnya.
  5. Tes lisan
    Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut murid untuk menjawabnya secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal (dilakukan untuk seluruh kelas/kelompok besar) ketika pembelajaran.
  6. Penugasan
    Pemberian tugas kepada murid untuk mengukur pengetahuan, serta memfasilitasi murid memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.
  7. Portofolio
    Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya murid dalam bidang tertentu, yang mencerminkan perkembangannya secara menyeluruh (holistis) dalam kurun waktu tertentu.

Dan berikut ini disampaikan nilai hasil sumatif akhir tahun mata pelajaran kimia keas XI


Share:

Sistem Koloid

 

sistem koloid

Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh susu, keju, roti, mentega, awan, kabut, cat, dan masih banyak lagi. Coba amati lingkungan di sekitar Anda. Temukan contoh-contoh koloid yang ada di lingkungan Anda. Selanjutnya, buatlah lima pertanyaan terkait dengan hal-hal yang ingin Anda ketahui tentang koloid. Kemudian, Anda dapat mempelajari materi bab ini untuk mendapatkan jawabannya.

Jika suatu zat dicampurkan dengan zat lain, akan terjadi penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi. Tepung kanji jika dimasukkan ke dalam air panas akan membentuk sistem dispersi dengan air sebagai medium pendispersi dan tepung kanji disebut zat terdispersi / fase terdispersi.

Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu, larutan, koloid, dan suspensi. Secara sepintas, perbedaan antara suspensi kasar dengan larutan (sering disebut larutan sejati) akan tampak jelas dari homogenitasnya, tetapi antara larutan dengan koloid atau antara koloid dengan suspensi kasar akan sulit dibedakan.

1. Suspensi

Apakah yang dimaksud dengan suspensi? Suspensi merupakan sistem dispersi di mana partikel yang ukurannya relatif besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya, sistem dispersi merupakan campuran yang heterogen. Sebagai contoh adalah endapan hasil reaksi atau pasir yang dicampur dengan air. Dalam sistem dispersi tersebut, partikel-partikel terdispersi dapat diamati dengan mikroskop dan bahkan dengan mata.

Suspensi merupakan sistem dispersi yang tidak stabil sehingga jika tidak diaduk terus-menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Cepat lambatnya suspensi mengendap tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel zat terdispersi. Semakin besar ukuran partikel zat terdispersi, semakin cepat terjadinya proses pengendapan. Untuk memisahkan suspensi, dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi). Oleh karena ukuran partikelnya besar, zat-zat yang terdispersi akan tertinggal di kertas saring.

Endapan hasil reaksi berupa suspensi yang ukurannya sangat kecil sukar terpisah. Untuk mempercepat pemisahan, dapat dilakukan sentrifugasi dengan menggunakan alat sentrifugasi (alat pemutar dengan kecepatan tinggi).

2. Larutan 

Apakah yang dimaksud dengan larutan? Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi, walaupun menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi (mikroskop ultra).

Tingkatan ukuran partikel larutan adalah molekul atau ion-ion sehingga larutan merupakan campuran yang homogen dan sukar dipisahkan dengan penyaringan atau alat sentrifugasi.

Oleh karena ukuran partikel zat terdispersi dengan medium pendispersinya hampir sama, sifat zat pendispersi dalam larutan akan terpengaruh (berubah) dengan adanya zat terdispersi. Sebagai contoh, jika ke dalam air ditambahkan garam dapur, air akan membeku di bawah 0°C. Semakin banyak garam yang ditambahkan, semakin besar penurunan titik bekunya. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan sifat-sifat larutan.

3. Koloid

Koloid berasal dari kata "kolia" yang dalam bahasa Yunani berarti "lem". Istilah koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal, tetapi sukar mengalami difusi. Padahal, umumnya kristal mudah mengalami difusi. Oleh karena itu, zat semacam gelatin ini kemudian disebut dengan koloid. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan, tetapi lebih kecil daripada suspensi.

Pada umumnya, koloid mempunyai ukuran partikel antara 1 nm sampai dengan 100 nm. Beberapa koloid tampak jelas secara fisik, misalnya santan, susu, dan lem, tetapi beberapa koloid sepintas tampak seperti larutan, misalnya larutan kanji yang encer dan agar-agar yang masih cair. Oleh karena ukuran partikelnya relatif kecil, sistem koloid tidak dapat diamati dengan mata, tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi (mikroskop ultra).

Beberapa koloid dapat terpisah jika didiamkan dalam waktu yang relatif lama meskipun tidak semuanya, misalnya koloid belerang dalam air dan santan. Beberapa koloid yang lain sukar terpisah, misalnya lem, cat, dan tinta. Apa perbedaan antara suspensi, koloid, dan larutan? Perbedaan secara umum antara suspensi, koloid, dan larutan.

Perbedaan umum antara sistem dispersi suspensi, koloid, dan larutan.

Perbedaan

Suspensi

Koloid

Larutan

Ukuran partikel

> 100 nm

1- 100 nm

< 100 nm

Penampilan fisik

Kerah, partikel terdispersi dapat diamati langsung dengan mata

Keruh - jernih, partikel terdispersi hanya dapat diamati dengan mikroskop ultra

 

Jernih, partikel terdispersi tidak dapat diamati dengan dapat diamati dengan mikroskop ultra

Kestabilan (jika didiamkan)

Mudah terpisah (mengendap)

Sukar terpisah (relatif stabil)

Tidak terpisah (sangat stabil)

Cara pemisahan

 

Filtrasi (penyaringan)

Tidak dapat disaring

Tidak dapat disaring

Sistem dispersi koloid dapat terbentuk dari dispersi zat padat, cair, atau gas ke dalam medium pendispersi dalam fase padat, cair, atau gas. Gas yang terdispersi dalam gas tidak akan menghasilkan koloid. Sistem koloid diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya, misalnya koloid yang terjadi dari dispersi zat cair di dalam medium pendispersi cair disebut dengan emulsi.

Nama dan jenis koloid selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

Fase terdispersi

Medium pendispersi

Jenis (nama) koloid

Contoh

padat

padat

 

Sol padat

mutiara, kaca warna

cair

Emulsi padat

Keju, mentega

gas

Buih padat Sol

Batu apung, kerupuk

padat

cair

 

sol

Pati dalam air, cat, tinta

cair

emulsi

Susu, mayones, santan

gas

buih

Krim, pasta

padat

gas

aerosol padat

Debu, asap

cair

aerosol cair

Awan, kabut

Koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya santan, susu, es krim, debu, dan asap. Selain itu, roti, kue, dan agar-agar merupakan bahan makanan yang merupakan sistem koloid. Beberapa zat yang tidak dapat larut, agar stabil dibuat sebagai koloid, misalnya bahan kosmetik (lipstik, pembersih, dan minyak rambut). Obat-obatan yang sukar larut biasanya juga dibuat sebagai koloid, misalnya sirop, obat batuk dan minyak ikan.

Share:

Sifat-sifat Koloid

koloid1
Sistem koloid mempunyai sifat yang khas, yang berbeda dengan sifat sistem dispersi lainnya. Beberapa sifat koloid yang khas, misalnya efek Tyndall, gerak Brown, adsorpsi, dan koagulasi.

1. Efek Tyndall

Apa yang dimaksud dengan efek Tyndall? Simak penjelasannya berikut ini. Seberkas sinar dilewatkan pada suspensi (dispersi pasir dalam air), koloid (susu), dan larutan (gula dalam air). Jika dilihat tegak lurus dari arah datangnya cahaya, jejak lintasan cahaya akan terlihat jelas pada suspensi dan koloid. Akan tetapi, jejak cahaya pada larutan tidak terlihat. Terlihatnya lintasan cahaya ini disebabkan cahaya yang melewati suspensi dan koloid dihamburkan oleh partikel-partikelnya, sedangkan pada larutan tidak terlihat.


Terhamburnya cahaya oleh partikel koloid disebut dengan efek Tyndall. Partikel koloid dan suspensi cukup besar untuk dapat menghamburkan sinar, sedangkan partikel-partikel larutan berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat menghamburkan sinar.

2. Gerak Brown

Jika dispersi koloid diamaci di bawah mikroskop dengan pembesaran yang tinggi, akan tampak adanya partikel yang bergerak dengan arah yang acak (tak beraturan). Gerakan-gerakan tersebut mempunyai lintasan lurus. Gerakan partikel koloid dengan lintasan lurus dan arah yang acak disebut dengan gerak Brown. Terjadinya gerak Brown ini diakibatkan adanya tumbukan partikel-partikel pendispersi terhadap partikel terdispersi sehingga partikel terdispersi akan terlontar. Lontaran tersebut akan mengakibatkan partikel terdispersi menumbuk partikel terdispersi yang lain sehingga partikel yang tertumbuk akan terlontar. Kejadian tersebut berulang secara terus-menerus. Hal ini terjadi akibat ukuran partikel terdispersi yang relatif besar dibandingkan medium pendispersinya.

gerak brown

Gerak Brown mengakibatkan partikel-partikel koloid relatif stabil meskipun ukurannya relatif besar, sebab dengan adanya partikel yang bergerak secara terus-menerus, dan pengaruh dari gaya gravitasi menjadi kurang berarti.

3. Adsorpsi

Apa yang dimaksud dengan adsorpsi? Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-permukaan partikel koloid. Adsorpsi terjadi karena adanya kemampuan partikel koloid untuk menarik (ditempeli) oleh partikel-partikel kecil. Kemampuan menarik ini disebabkan adanya tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi sehingga jika ada partikel yang menempel, akan cenderung dipertahankan pada permukaannya.

Jika partikel-partikel koloid mengadsorpsi ion yang bermuatan positif pada permukaannya, koloid tersebut menjadi bermuatan positif, dan sebaliknya jika yang diadsorpsi ion bermuatan negatif, koloid akan menjadi bermuatan negatif.

Selain ion, partikel-partikel koloid dapat menyerap muatan dari listrik statis, misalnya debu dapat menyerap muatan negatif atau positif dari adanya elektron yang bergerak di udara atau dari arus listrik.

Peristiwa adsorpsi menyebabkan partikel koloid bermuatan listrik. Oleh karena itu, jika koloid diletakkan dalam medan listrik, partikelnya akan bergerak menuju kutub muatan listrik yang berlawanan dengan muatan koloid tersebut. Peristiwa bergeraknya partikel koloid dalam medan listrik disebut dengan elektroforesis.

Peristiwa elektroforesis ini dimanfaatkan dalam proses pemisahan potongan-potongan gen pada proses bioteknologi dan penyaring debu pabrik pada cerobong asap, yang disebut dengan pengendap Cottrel.

alat cotrell

Koloid-koloid logam atau basa umumnya mengadsorpsi ion-ion logam pada saat proses pembentukan koloid sehingga akan menjadi bermuatan positif. As,S, dan kelompok koloid sulfida lainnya umumnya mengadsorpsi ion negatif sehingga akan menjadi koloid negatif

4. Koagulasi

Dispersi koloid dapat mengalami peristiwa penggumpalan atau koagulasi. Peristiwa koagulasi pada koloid dapat terjadi akibat peristiwa-peristiwa mekanis atau peristiwa kimia. Peristiwa mekanis misalnya pemanasan atau pendinginan. Darah merupakan sol butir-butir darah merah yang terdispersi dalam plasma darah. Jika darah dipanaskan, darah akan menggumpal. Sebaliknya, agar-agar akan menggumpal jika didinginkan. Peristiwa kimia yang dapat menyebabkan terjadinya koagulasi, misalnya sebagai berikut.

a. Pencampuran koloid yang berbeda muatan

Jika sistem koloid yang berbeda muatan dicampurkan, akan menyebabkan terjadinya koagulasi dan akhirnya mengendap. Sebagai contoh, sol Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan mengalami koagulasi jika dicampur dengan sol As2S3. Dengan adanya peristiwa tersebut, jika Anda mempunyai tinta dari merek yang berbeda di mana yang satu merupakan koloid negatif dan yang lain merupakan koloid positif, jangan sampai dicampurkan karena dapat mengalami koagulasi.

b. Adanya elektrolit

Jika koloid yang bermuatan positif dicampurkan dengan suatu larutan elektrolit. ion-ion negatif dari larutan elektrolit tersebut akan segera ditarik oleh partikel-partikel koloid positif tersebut. Akibatnya, ukuran koloid menjadi sangat besar dan akan mengalami koagulasi. Sebaliknya, koloid negatif akan menyerap ion-ion positif dari suatu larutan elektrolit.

Jadi, ion negatif akan mengoagulasi koloid positif dan sebaliknya ion positif akan mengoagulasi koloid negatif. Proses koagulasi semakin mudah jika konsentrasi ion dalam larutan tersebut semakin besar, dan jika ukuran muatan ion yang berperan dalam proses koagulasi semakin besar..

Contoh proses koagulasi dengan penambahan elektrolit dalam kehidupan sehari- hari adalah penambahan tawas dalam proses penjernihan air. Tawas merupakan garam aluminium sulfat (Al2(SO4)3) yang di dalam air akan terionisasi menghasilkan ion Al3+. lon aluminium ini mempunyai kemampuan untuk menarik molekul-molekul polar termasuk air dan lumpur (koloid) sehingga terjadi koagulasi. Proses koagulasi menghasilkan partikel yang sangat besar dan akan mudah mengendap akibat gaya gravitasi. Contoh lainnya adalah terbentuknya delta di muara sungai akibat lumpur (koloid) yang ada dalam air sungai berinteraksi dengan air laut yang mengandung ion-ion garam sehingga lumpur mengalami koagulasi dan mengendap.

Contoh

Sol Fe(OH)3 merupakan koloid positif. Jika diberi elektrolit (misalnya NaCl), yang berperan mengoagulasi sol Fe(OH)3 adalah ion negatif (ion Cl-). Semakin besar konsentrasi ion Cl-, semakin cepat proses koagulasi terjadi. Jika ke dalam sol Fe(OH)3 ditambahkan NaCl dan Na2SO4 dengan konsentrasi yang sama, koagulasi yang lebih cepat terjadi adalah pada sol Fe(OH)3 yang ditambah larutan Na2SO4, sebab muatan ion SO42- lebih besar daripada ion Cl-.

5. Kestabilan Koloid

Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil dibandingkan larutan. Suatu produk industri dalam bentuk koloid umumnya diinginkan dalam kondisi yang stabil, misalnya krim minyak rambut, krim pembersih muka, bedak cair, dan obat-obatan yang berupa emulsi. Bagaimana cara menjaga kestabilan koloid? Simak penjelasannya berikut ini.

a. Menghilangkan muatan koloid

Koagulasi dapat dicegah dengan cara menghilangkan muatan dari koloid tersebut. Proses penghilangan muatan koloid dilakukan dengan proses dialisis. Pada dasarnya, proses dialisis adalah proses menghilangkan muatan koloid dengan cara memasukkan koloid ke dalam membran semipermeabel. Membran ini mempunyai pori-pori yang mampu ditembus oleh ion, tetapi tidak mampu ditembus partikel koloid. Jika kantong semipermeabel tersebut dimasukkan ke dalam aliran air, ion-ion yang keluar dari membran semipermeabel akan terbawa aliran air, sedangkan koloidnya masih tetap di dalam kantung semipermeabel.

hemo dialisis

Salah satu pemanfaatan proses dialisis yang penting adalah proses cuci darah (hemodialisis). Pada proses hemodialisis, darah kotor dari pasien dilewatkan dalam pipa-pipa yang terbuat dari membran semipermeabel. Selama darah berjalan, pipa semipermeabel tersebut dialiri cairan (biasanya plasma darah) sehingga ion-ion dalam darah kotor tadi akan terbawa pada aliran plasma darah yang berfungsi sebagai pencuci.

b. Penambahan stabilisator koloid

Penambahan suatu zat ke dalam suatu sistem koloid dapat meningkatkan kestabilan koloid, misalnya emulgator dan koloid pelindung. Emulgator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu emulsi (koloid cair dalam cair atau cair dalam padat) dengan tujuan menjaga koloid agar tidak mudah terpisah. Sebagai contoh, penambahan sabun ke dalam campuran minyak dan air serta penambahan amonia dalam pembuatan emulsi pada kertas film.

Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan ke dalam sistem koloid agar menjadi stabil. Sebagai contoh, penambahan gelatin pada pembuatan es krim agar es krim tidak cepat memisah serta penambahan gum arab dalam pembuatan semir

6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium pendispersinya, sistem koloid dibedakan menjadi dua macam, yaitu koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya. Peristiwa ini disebabkan gaya tarik antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya kuat.

Koloid liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya. Jika medium pendispersinya air, koloid liofil disebut juga sebagai koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut sebagai koloid hidrofob. Perbedaan kemampuan menarik medium pendispersinya mengakibatkan terjadinya perbedaan sifat-sifat koloid tersebut. Apa saja perbedaannya?

No

Sifat

sol liofil

sol liofob

1

Daya adsorpsi terhadap medium

Kuat, mudah mengadsorpsi mediumnya sehingga ukuran partikelnya dapat semakin besar

tidak teradsorpsi mediumnya

2

Efek Tyndall

Kurang jelas

sangat jelas

3

Viskositas (kekentalan)

lebih bear dari mediumnya

hampir sama dengan mediumnya

4

Koagulasi

Sukar terkoagulasi

 

Mudah terkoagulasi (kurang stabil)

5

Lain-lain

bersifat reversible (jika sudah terkoagulasi dapat dengan mudah dijadikan koloid kembali)

Bersifat irreversibel (jika sudah menggumpal sukar diubah menjadi koloid kembali)

6

contoh

sabun, detergen, agar-agar, kanji dan gelatin

sol logam, darah, dan sol Fe(OH)3

Bagaimana pemanfaatan sifat hidrofob dan hidrofil dalam kehidupan sehari-hari? Pemanfaatan sifat hidrofob dan hidrofil adalah pada penggunaan detergen dalam proses pencucian pakaian. Kotoran yang menempel pada kain ada yang mudah larut dalam air dan ada juga yang tidak larut dalam air, misalnya kotoran yang berupa lemak dan minyak.

kolois liofil
Proses pencucian bertujuan agar lemak dan minyak dapat teremulsi di dalam air, tetapi lemak dan minyak lebih kuat menempel pada kain, sebab lemak dan minyak tidak larut di dalam air. Dengan bantuan sabun atau detergen, lemak dan minyak akan ditarik dari serat pakaian dengan mudah. Oleh karena detergen larut dalam air, maka minyak dan lemak dapat terlepas dari kain.

Kemampuan detergen menarik lemak dan minyak disebabkan pada molekul detergen terdapat ujung-ujung hidrofil yang menarik air dan ujung hidrofob yang berpegang erat pada lemak dan minyak. Akibar adanya gaya tarik-menarik tersebut, tegangan permukaan air menurun sehingga air mudah meresap pada kain. Akibatnya, kotoran yang berupa lemak dan minyak mudah terlepas dari kain.

Share:

FEATURED

Recent Posts

Tayangan Halaman