Tampilkan postingan dengan label Artikel Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Pentingnya Tes Diagnostik


Dalam dunia profesional dan pribadi, memahami kepribadian individu dapat menjadi kunci untuk membangun hubungan yang baik, mencapai kesuksesan, dan meningkatkan produktivitas. Salah satu alat yang digunakan untuk menganalisis dan memahami kepribadian adalah tes DISC, yang mencakup empat faktor utama: Dominance (dominan), Influence (pengaruh), Steadiness (ketenangan), dan Compliance (patuh).

Tes kepribadian DISC didasarkan pada teori yang dikembangkan oleh William Moulton Marston pada tahun 1928. Tes ini menyediakan wawasan yang berharga tentang preferensi dan perilaku individu dalam berbagai situasi. Mari kita jelajahi masing-masing faktor kepribadian dalam tes DISC.

Dominance (dominan)

Faktor Dominance mengacu pada kecenderungan seseorang dalam mengambil kendali, mengatasi tantangan, dan mencapai tujuan. Individu yang memiliki skor tinggi dalam faktor Dominance cenderung memiliki keinginan untuk menjadi pemimpin, mengambil inisiatif, dan mengendalikan situasi. Mereka biasanya memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan cenderung tegas dalam mengungkapkan pendapat mereka.

Influence (pengaruh)

Faktor Influence mencerminkan kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, berkomunikasi dengan baik, dan membangun hubungan yang kuat. Individu dengan skor tinggi dalam faktor Influence cenderung bersosialisasi dengan mudah, berkomunikasi dengan lancar, dan memiliki daya tarik sosial yang kuat. Mereka sering menjadi motivator, pemasar yang baik, dan berperan penting dalam mempengaruhi orang lain.

Steadiness (ketenangan)

Faktor Steadiness menunjukkan kestabilan emosional, kerjasama, dan ketekunan seseorang. Individu yang memiliki skor tinggi dalam faktor Steadiness cenderung tenang, ramah, dan sabar. Mereka merupakan tim player yang baik, pendengar yang baik, dan cenderung menciptakan lingkungan kerja yang harmonis. Mereka juga memiliki kemampuan untuk menjaga keseimbangan dalam situasi yang sulit.

Compliance (patuh)

Faktor Compliance melibatkan kecenderungan seseorang terhadap ketaatan terhadap aturan, ketelitian, dan pendekatan yang sistematis. Individu dengan skor tinggi dalam faktor Compliance cenderung memiliki keinginan untuk bekerja sesuai prosedur, berhati-hati dalam pengambilan keputusan, dan menekankan pada kualitas. Mereka sering menjadi pemikir analitis, peneliti, dan menjaga integritas dalam pekerjaan mereka.

 

Pentingnya Tes Kepribadian DISC:

Tes kepribadian DISC dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam berbagai konteks, termasuk lingkungan kerja, tim, hubungan interpersonal, dan pengembangan diri. Berikut adalah beberapa alasan mengapa tes kepribadian DISC penting:

Meningkatkan Komunikasi

Dengan memahami kepribadian orang lain, Anda dapat mengadaptasi gaya komunikasi Anda untuk lebih efektif berinteraksi dengan mereka. Ini membantu meminimalkan konflik, meningkatkan kerjasama, dan membangun hubungan yang lebih kuat.

Mengoptimalkan Kepemimpinan

Tes DISC membantu pemimpin memahami gaya kepemimpinan mereka sendiri dan gaya yang efektif dalam berinteraksi dengan anggota tim. Dengan pemahaman ini, pemimpin dapat mengoptimalkan kemampuan mereka untuk mempengaruhi, menginspirasi, dan memotivasi tim mereka.

Pengembangan Tim yang Efektif

Tes kepribadian DISC dapat membantu dalam pengembangan tim yang seimbang dengan mempertimbangkan preferensi dan kekuatan individu dalam konteks kerja tim. Tim yang memiliki keberagaman dalam faktor kepribadian cenderung lebih inovatif, adaptif, dan sukses.

Pengembangan Diri

Melalui tes kepribadian DISC, individu dapat mendapatkan wawasan tentang preferensi dan kekuatan pribadi mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk memahami diri sendiri secara lebih baik, mengidentifikasi area pengembangan potensial, dan meningkatkan keterampilan mereka untuk mencapai tujuan pribadi dan profesional.

Tes kepribadian DISC merupakan alat yang berguna untuk memahami preferensi dan perilaku individu dalam berbagai situasi. Penting untuk diingat bahwa setiap individu unik, dan hasil tes kepribadian hanyalah panduan awal. Bagaimanapun, tes kepribadian DISC dapat menjadi landasan yang baik dalam membangun pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri dan orang lain, serta memfasilitasi kolaborasi dan pertumbuhan yang lebih baik dalam berbagai konteks kehidupan.

Share:

Asesmen Diagnostik, Manfaat dan Komponennya


Asesmen diagnostik adalah proses pengumpulan informasi yang sistematis dan terstruktur untuk menentukan keberadaan, jenis, dan tingkat masalah klinis atau gangguan psikologis pada seseorang. Asesmen ini dapat melibatkan berbagai metode dan teknik, termasuk wawancara klinis, pengamatan perilaku, tes psikologis, dan penilaian fisiologis.

Tujuan utama dari asesmen diagnostik adalah untuk memberikan diagnosis yang akurat dan terperinci tentang kondisi psikologis seseorang, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana perawatan yang tepat dan efektif. Asesmen diagnostik juga dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari masalah klinis seseorang, dan memandu pengambilan keputusan klinis tentang intervensi yang paling sesuai.

Namun, perlu diingat bahwa asesmen diagnostik hanya merupakan satu bagian dari proses klinis yang lebih luas, dan diagnosis tidak boleh dipandang sebagai label yang melekat pada seseorang. Diagnosis harus selalu dipandang sebagai titik awal untuk membantu seseorang memahami kondisinya, dan bukan sebagai akhir dari perjalanan terapi.

Dalam dunia pendidikan, asesmen diagnostik merupakan sebuah proses penting yang digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang peserta didik. Asesmen diagnostik melibatkan pengumpulan data dan informasi yang relevan untuk mengidentifikasi kebutuhan, kekuatan, kelemahan, dan minat peserta didik secara individu. Tujuan utama dari asesmen diagnostik adalah untuk menginformasikan praktik pembelajaran dan membantu guru serta staf pendidikan dalam merancang strategi yang sesuai untuk memfasilitasi perkembangan dan keberhasilan peserta didik.

Pentingnya Asesmen Diagnostik

Asesmen diagnostik membantu menciptakan landasan yang kokoh untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa asesmen diagnostik sangat penting:

1.  Pemahaman Individu

Setiap peserta didik memiliki keunikan, bakat, minat, dan kebutuhan yang berbeda-beda. Melalui asesmen diagnostik, pendidik dapat memahami lebih baik tentang kemampuan dan kebutuhan masing-masing individu, serta merancang pembelajaran yang sesuai untuk mencapai potensi maksimal mereka.

2. Pengukuran Awal

Asesmen diagnostik juga membantu dalam mengevaluasi pengetahuan dan keterampilan awal peserta didik sebelum memulai proses pembelajaran. Dengan mengetahui tingkat pemahaman awal peserta didik, pendidik dapat merancang kurikulum yang relevan dan memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka.

3.   Pendeteksian Masalah

Melalui asesmen diagnostik, pendidik dapat mengidentifikasi masalah atau hambatan yang mungkin dihadapi oleh peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini memungkinkan pendidik untuk memberikan intervensi atau dukungan yang diperlukan secara tepat waktu.

4.   Perencanaan Pembelajaran yang Efektif

Dengan memahami kebutuhan dan kekuatan individu peserta didik, asesmen diagnostik membantu pendidik dalam merencanakan dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sesuai. Ini memastikan bahwa peserta didik menerima pengalaman belajar yang relevan dan bermanfaat.

5.   Evaluasi Proses dan Hasil Belajar

Asesmen diagnostik juga berperan dalam mengevaluasi kemajuan peserta didik selama proses pembelajaran. Pendidik dapat menggunakan data dari asesmen diagnostik untuk menilai keberhasilan pembelajaran dan membuat perubahan yang diperlukan dalam pendekatan mereka.

Asesmen diagnostik pada murid merupakan proses untuk mengidentifikasi masalah atau kebutuhan khusus yang mungkin dimiliki oleh siswa. Tujuannya adalah untuk membantu guru dan orang tua memahami kebutuhan pendidikan siswa dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Komponen asesmen diagnostik pada murid meliputi beberapa hal berikut:

1. Pengamatan dan Wawancara, komponen pertama dalam asesmen diagnostik pada murid adalah

     pengamatan dan wawancara dengan siswa, orang tua, dan guru. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang perilaku, kemampuan akademik, dan kebutuhan khusus siswa.

2.  Evaluasi Akademik, evaluasi akademik meliputi tes yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam bidang-bidang seperti membaca, menulis, matematika, dan bahasa. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi masalah akademik dan menilai kemajuan siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan.

3. Tes Psikologis, tes psikologis digunakan untuk menilai kemampuan kognitif siswa, kemampuan memproses informasi, atau kemampuan belajar. Misalnya, tes IQ atau tes kemampuan berpikir dapat membantu menilai kemampuan akademik dan kognitif siswa.

4.  Evaluasi Perilaku, evaluasi perilaku dapat dilakukan untuk menilai perilaku sosial dan emosional siswa. Hal ini meliputi pengamatan perilaku sosial, emosional, dan perilaku adaptif. Skala perilaku atau observasi perilaku dapat digunakan untuk menilai perilaku sosial dan emosional siswa.

5.  Evaluasi Fungsional, evaluasi fungsional meliputi pengamatan lingkungan di mana siswa belajar dan berinteraksi. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kemampuan siswa dan memberikan saran untuk meningkatkan lingkungan belajar siswa.

 Asesmen diagnostik yang efektif memerlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif. Hasil asesmen diagnostik harus digunakan secara bijak untuk merancang strategi pembelajaran yang tepat dan memberikan intervensi yang dibutuhkan oleh peserta didik. Dalam mempraktikkan asesmen diagnostik, penting juga untuk mempertimbangkan konteks budaya dan sosial peserta didik guna memastikan bahwa asesmen mencerminkan keberagaman dan keunikan individu mereka.

Dengan menggunakan asesmen diagnostik secara efektif, pendidik dapat memahami peserta didik mereka secara lebih baik dan merancang lingkungan pembelajaran yang inklusif, mendukung, dan relevan. Asesmen diagnostik yang baik adalah landasan penting untuk menciptakan pengalaman belajar yang positif dan efektif bagi setiap peserta didik.


Share:

Nilai Hasil Sumatif Akhir Tahun Kimia Kelas XI

 


Nilai Hasil Sumatif Akhir Tahun Kimia Kelas XI dapat dicermati pada akhir halaman ini, namun sebelumnya perlu diketahui bersama apa yang dimaksud dengan penilaian atau asesmen sumatif.

Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau Capaian Pembelajaran (CP) murid, sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar murid dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar murid dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.

Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester, atau pada akhir fase. Sementara khusus pada akhir semester, asesmen sumatif bersifat pilihan.

Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester, atau pada akhir fase.

Instrumen asesmen dapat dikembangkan berdasarkan teknik penilaian yang digunakan oleh guru. Berikut adalah beberapa contoh teknik asesmen yang dapat diadaptasi untuk melakukan asesmen formatif maupun sumatif:

  1. Observasi
    Penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku secara berkala. Observasi dapat difokuskan untuk semua murid maupun per individu. Observasi juga dapat dilakukan dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.
  2. Kinerja
    Penilaian yang menuntut murid untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja dapat berupa praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat portofolio.
  3. Projek
    Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
  4. Tes tertulis
    Tes dengan soal dan jawaban yang disajikan secara tertulis, untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan murid. Tes tertulis dapat berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau bentuk-bentuk tes tertulis lainnya.
  5. Tes lisan
    Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut murid untuk menjawabnya secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal (dilakukan untuk seluruh kelas/kelompok besar) ketika pembelajaran.
  6. Penugasan
    Pemberian tugas kepada murid untuk mengukur pengetahuan, serta memfasilitasi murid memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.
  7. Portofolio
    Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya murid dalam bidang tertentu, yang mencerminkan perkembangannya secara menyeluruh (holistis) dalam kurun waktu tertentu.

Dan berikut ini disampaikan nilai hasil sumatif akhir tahun mata pelajaran kimia keas XI


Share:

Penetapan Kelulusan Peserta Didik Tahun 2023

 

Penetapan kelulusan peserta didik pada tahun 2023 didasarkan pada Peraturan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 004/HEP/2023 Tentang Pedoman Pengelolaan Blangko Ijazah Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Tahun Pelajaran 2022/2023.

Pada Bab III pasal menyatakan tentang pengumuman kelulusan bahwa

(1)    Tanggal pengumuman kelulusan peserta didik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:

a.       kelulusan SD, SDLB, Program Paket A atau bentuk lain yang sederajat ditetapkan tanggal 8 Juni 2O23;

b.       kelulusan SMP, SMPLB, Program Paket B atau bentuk lain yang sederajat ditetapkan tanggal 8 Juni 2O23; dan

c.       kelulusan SMA, SMALB, SMK, Program Paket C atau bentuk lain yang sederajat ditetapkan tanggal 5 Mei 2023'

(2)    Dalam hal tanggal pengumuman kelulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertepatan dengan hari libur nasional atau cuti bersama, maka tanggal kelulusan ditetapkan pada tanggal berikutnya yang bukan merupakan hari libur nasional atau cuti bersama.

(3)    Ketentuan tanggal pengumuman kelulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) juga berlaku untuk SILN dan SPK.

Pada pasal 5 menyatakan bahwa Penetapan kelulusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dituangkan dalam bentuk: a. surat keterangan lulus; dan b. Ijazah, yang ditandatangani oleh kepala Satuan Pendidikan.

Dalam Pasal 6 menyatakan

(1)    Surat keterangan 1u1us sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a bersifat sementara sampai dengan diterimanya ijazah oleh peserta didik.

(2)    Surat keterangan iulus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan pada tanggal pengumuman kelulusan.

(3)    Surat keterangan lulus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya mencantumkan rata-rata nilai peserta didik yang sama dengan nilai yang akan ditulis dalam Blangko ljazain.

(4)    Satuan Pendidikan, penyelenggara Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, dan/atau Dinas tidak diperkenankan untuk menahan atau tidak memberikan surat keterangan lu1us kepada peserta didik yang telah ditetapkan lulus dengan alasan apa pun.

Penetapan kelulusan peserta didik SMA Negeri 1 Banjar akan diumumkan melalui website dengan alamat https://smansabar.sch.id/ pada jam 07.30 wita. Diharapkan kepada siswa yang telah lulus agar tidak merayakannya dengan berlebihan karena lulus tingkat satuan pendidikan bukan berarti telah selesai dari suatu kegiatan dalam menimba ilmu. Pihak lembaga berpesan bahwa “Kini, selangkah lagi menuju kiprah hidupmu lebih luas, menapaki hidup lebih dalam penuh makna. Teruslah belajar, teruslah berkarya, jadilah pribadi penebar manfaat.”

Pengelolaan blanko ijazah tahun 2023 dapat didownload pada link berikut:

Juknis Pengelolaan Blanko IjazahTahun 2023

Lampiran I Juknis PengelolaanBlanko Ijazah Tahun 2023

Lampiran II Juknis PengelolaanBlanko Ijazah Tahun 2023

Share:

Model Interaksi Sosial (The Social Interaction Family)

 

Tujuan penggunaan model ini antara lain untuk membangun hubungan kerjasama, interaktif, dan produktif di antara siswa. Model ini dapat dilakukan melalui kerjasama berpasangan, kerjasama dalam kelompok, bermain peran, atau belajar di dunia nyata, misalnya kondisi sosial tertentu. Macam-macam model interaksi sosial, yaitu Investigasi Kelompok (Group Investigation), Bermain Peran (Role Playing), Penelitian Yurisprudensial (Jurisprudential Inquiry), Latihan Laboratoris (LaboratoryTraining), dan Penelitian Sosial (Social Inquiry).

Berikut ini adalah uraian dari model Investigasi Kelompok, Penelitian Sosial, dan Bermain Peran.

a. Model Investigasi Kelompok

Model pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman kepada siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dengan caranya sendiri dan dibicarakan dalam group secara demokratis. Pembagian langkah pelaksanaan model investigasi kelompok terdiri menjadi enam fase (1) memilih topik, (2) perencanaan kooperatif, (3) implementasi, (4) analisis dan sintesis, (5) presentasi hasil final, dan (6) evaluasi.

Langkah-langkah model pembelajaran tersebut sebagai berikut.

1) Siswa dibagi ke dalam kelompok (4 – 6 orang)

2) Guru memberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa di masing-masing kelompok.

3)  Siswa dihadapkan pada suatu situasi yang memerlukan pemecahan atau suatu keputusan yang harus ditentukan.

4)  Siswa mengeksplorasi situasi tersebut.

5) Siswa merumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi tersebut, antara lain merumuskan masalah, menentukan peran anggota kelompok, dan merumuskan alternatif cara yang akan digunakan.

6) Dalam melaksanakan tiga langkah (a), (b), dan (c) di atas, siswa dapat dibimbing oleh gur (guru bertindak sebagai mentor).

7) Masing-masing kelompok melaksanakan kerja mandiri.

8) Siswa melakukan pengecekan terhadap kemajuan dalam menyelesaikan tugasnya. Kemudian hasil tugas kelompoknya dipresentasikan di depan kelas agar siswa yang lain saling terlibat dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu.

9) Siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik yang telah mereka kerjakan berdasarkan tugas masing-masing kelompok, dan siswa bersama dengan guru berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan secara berulang, sampai ditemukan suatu solusi atau keputusan yang tepat.

b. Model Penelitian Sosial

Model pembelajaran ini merupakan salah satu contoh model yang termasuk pada Model Interaksi Sosial. Penelitian Ilmu Sosial adalah model pembelajaran yang menekankan kepada pengalaman siswa untuk memecahkan masalah sosial melalui langkah-langkah dan prosedur pemecahan  masalah. Siswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap siswa akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya, dan siswa akan terbiasa bersikap seperti seorang ilmuwan bidang ilmu pengetahuan sosial yang teliti, tekun/jujur, menghormati orang lain dan kritis. Berikut langkah-langkah model pembelajaran penelitian sosial.


c. Model Bermain Peran.

Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih menggali dan memahami orang lain dengan tugasnya masing-masing, melalui pemecahan permasalahan sosial nyata yang dihadapi oleh kelompoknya. Model ini juga akan berdampak pada pemahaman nilai-nilai sosial maupun pribadi, sehingga dapat melatih rasa saling menghargai, kerja keras, dan sifat demokratis.

Langkah model pembelajaran tersebut sebagai berikut.

Share:

Pembelajaran Model Bermain Peran (Role Play)

Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih menggali dan memahami orang lain dengan tugasnya masing-masing, melalui pemecahan permasalahan sosial nyata yang dihadapi oleh kelompoknya. Model ini juga akan berdampak pada pemahaman nilai-nilai sosial maupun pribadi, sehingga dapat melatih rasa saling menghargai, kerja keras, dan sifat demokratis.

Langkah model pembelajaran tersebut sebagai berikut.

1) Pemanasan, dalam kegiatan ini guru menyampaikan permasalahan yang berkaitan dengan pengalamansiswa, sehingga siswa dapat merasakan dan mengeksplorasi permasalahan tersebut secara akurat berdasarkan pengalaman atau imaginasinya. Permasalahan dapat disajikan melalui bacaan, cerita lisan, pertanyaan, atau film.

2) Menentukan peran masing-masing anggota kelompok, dalam kegiatan ini, siswa dan guru berdiskusi untuk menjelaskan berbagai karakter dengan apa yang disukainya atau tidak disukainya, perasaannya, dan sebagainya. Selanjutnya menentukan sukarelawan untuk berperan dalam masingmasing karakter tersebut.

3) Menentukan langkah pemecahan masalah:

         Masing-masing siswa menentukan langkah kegiatan yang akan dilaksanakannya, dapat dibantu oleh guru melalui pertanyaan misalnya, tentang apa yang diobservasi, di mana, dan bagaimana caranya.

         Mempersiapkan peran yang akan dilaksanakan melibatkan antara lain karakter, kesukaan atau kebiasaan, cara berfikir, dan cara kerja yang diperankannya. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting, karena akan menentukan keberhasilan keseluruhan pembelajaran.

4) Pelaksanaan masing-masing tugas anggota sesuai dengan tugas atau peran yang sudah direncanakan. Perlu ditegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekedar bermain drama, tapi lebih memberikan pengalaman dan pemahaman kepada siswa bagaimana seseorang memiliki peran dan tanggungjawabnya. Selain itu siswa diharapkan memiliki ide-ide baru yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya sebagai hasil perwujudan pencapaian kompetensinya.

5) Diskusi dan evaluasi hasil observasi dan tugas yang berkaitan dengan ketepatan tugas yang diberikan, waktu, atau tempat obervasi yang bersifat umum yang melibatkan pemain maupun observer. kegiatan ini bukan mendiskusikan perannya tepat atau tidak, tapi menekankan pada hal-hal yang sangat penting berkaitan dengan kompetensi yang harus dicapai, misalnya: sikap terbuka, materi pelajaran sesuai, dan cara kerja yang tepat.

6) Langkah berikutnya adalah sharing pendapat antarsiswa, siswa dengan guru yang mendiskusikan hasil dari langkah sebelumnya, sehingga memungkinkan ada penggantian peran. Hasil dari langkah ini adalah fokus perbaikan dalam pelaksanaan, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang lebih baik.

7) Diskusi dan evaluasi seperti bagian No. 5.

8) Sharing pengalaman dan generalisasi. Peran guru dalam kegiatan ini adalah membimbing siswa untuk menemukan berbagai alternatif solusi pemecahan masalah dari permasalahan yang serupa, sehingga siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya.

Share:

Langkah Pemilihan Model Pembelajaran

Cara menentukan sebuah model pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran akan berbeda untuk setiap mata pelajaran, karena menyesuaikan dengan karakteristik materi pada masing-masing mata pelajaran.

Secara umum, hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan model pembelajaran yang akan digunakan adalah sebagai berikut.


  1. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik pasangan KD pada KI 1 dan/atau KD pada KI 2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan pada pasangan KD pada KI 3 dan/atau KD pada KI 4 untuk mengembangkan kompetensi pengetahuan dan/atau keterampilan.
  2. Kesesuaian model pembelajaran dengan Indikator Pencapaian Kompetensi/IPK yang dikembangkan dari KD.
  3. Kesesuaian model pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang spesifik dalam mengembangkan potensi dan kompetensi, misalnya untuk mengembangkan interaksi sosial, atau mengolah informasi.
  4. Kesesuian model pembelajaran dengan karakteristik dan modalitas siswa, dan sarana pendukung belajar lainnya karena bukan hanya karakter siswa yang berbeda tetapi kemampuan siswa dapat berpengaruh terhadap kebermanfaatan penggunaan model pembelajaran.
  5. Penggunaan model pembelajaran disesuaikan dengan pendekatan yang akan digunakan, misalkan menyesuaikan dengan pendekatan berbasis keilmuan yang mengembangkan pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan mengamati/menanya/mengumpulkan data/ mengasosiasi /mengomunikasikan, ataupun dengan menyesuaikan pendekatan berbasis genre yang bertujuan mengoptimalkan kompetensi berbahasa siswa, dan lain-lain.
  6. Kesesuaian dengan tuntutan dimensi pengetahuan, misalnya untuk mendorong kemampuan siswa menghasilkan karya kontekstual maka disarankan menggunakan model Project Based Learning, menyingkap sesuatu konsep yang belum mengemuka menggunakan Discoveri Learning, menemukan sesuatu konsep secara sistematis menggunakan Inquiry Learning, melatihkan keterampilan menyelesaikan masalah menggunakan Problem Based Learning, melatih kerjasama menggunakan Cooperatif Learning, dan lain-lain.
  7. Kesesuaian penilaian hasil belajar dengan model pembelajaran dan/atau metode pembelajaran.

 

Daftar Pustaka:

Direktorat PSMA (2017). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Kemdikbud

 

Share:

Informasi SPAN-PTKIN

SPAN-PTKIN (Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) adalah pola seleksi yang dilaksanakan secara nasional oleh seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri dalam satu sistem yang terpadu. SPAN-PTKIN mensyaratkan nilai rapor serta prestasi siswa dalam penilaiannya.

Adapun perguruan tinggi yang masuk dalam SPAN PTKIN adalah UIN (Universitas Islam Negeri), IAIN  (Institut Agama Islam Negeri), STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) atau PTN dengan Program Studi keagamaan.

Diselenggarakan secara serentak, seleksi ini dinaungi oleh Kementerian Agama (Kemenag) dan  biaya pendaftaran ditanggung oleh pemerintah  atau gratis. Dalam laman resminya, SPAN PTKIN diikuti oleh 59 PTKIN.

Pendahuluan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pengelolaan Perguruan Tinggi ditetapkan bahwa pola penerimaan mahasiswa baru pada UIN/IAIN/STAIN atau PTN dengan Program Studi keagamaan (selanjutnya disebut Perguruan Tinggi) di Indonesia dilakukan secara nasional dan bentuk lain. Pola seleksi secara nasional pada perguruan tinggi disebut Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN) dan pola seleksi bentuk lain yang dilakukan secara bersama oleh perguruan tinggi disebut Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN). Kedua pola seleksi tersebut diikuti oleh calon mahasiswa dari seluruh Indonesia tanpa membedakan jenis kelamin, agama, ras, suku, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi.

SPAN-PTKIN merupakan pola seleksi yang dilaksanakan secara nasional oleh seluruh perguruan tinggi dalam satu sistem yang terpadu dan diselenggarakan secara serentak oleh Panitia Pelaksana yang ditetapkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia. Biaya pelaksanaan SPAN-PTKIN ditanggung oleh pemerintah, sehingga peserta tidak dipungut biaya pendaftaran. Pelaksanaan SPAN-PTKIN secara nasional yang diikuti oleh 59 Perguruan Tinggi harus memenuhi prinsip adil, transparan, dan tidak diskriminatif dengan tetap memperhatikan potensi calon mahasiswa dan kekhususan PTKIN.

Perguruan Tinggi sebagai penyelenggara pendidikan setelah MA/MAK / SMA/SMK / Pendidikan Diniyah Formal/Pendidikan Kesetaraan Pondok Pensantren Salafiyah / Mu'adalah Muallimin/Mua'dalah Salafiyah dapat menerima calon mahasiswa yang berprestasi akademik tinggi dan diprediksi akan berhasil menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi berdasarkan rekomendasi dari Kepala Sekolah/Madrasah. Siswa yang berprestasi tinggi dan secara konsisten menunjukkan prestasinya tersebut layak mendapatkan kesempatan untuk menjadi calon mahasiswa di Perguruan Tinggi melalui SPAN-PTKIN.

 Tujuan

  1. Memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada sekolah/madrasah untuk mendaftarkan siswanya melalui SPAN-PTKIN agar memperoleh kesempatan mengikuti pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi.
  2. Mendapatkan calon mahasiswa baru yang memiliki prestasi akademik tinggi melalui seleksi siswa MA/MAK/SMA/SMK/Pendidikan Diniyah Formal / Pendidikan Kesetaraan Pondok Pensantren Salafiyah / Mu'adalah Muallimin / Mua'dalah Salafiyah.

Ketentuan Umum dan Persyaratan

Ketentuan Umum

  1. SPAN-PTKIN merupakan seleksi nasional berdasarkan penjaringan prestasi akademik dengan menggunakan nilai rapor dan prestasi lain berupa portofolio tanpa ujian tertulis.
  2. Satuan Pendidikan yang berhak mendaftarkan siswanya dalam SPAN-PTKIN adalah MA/MAK/SMA/SMK/Pendidikan Diniyah Formal/Pendidikan Kesetaraan Pondok Pensantren Salafiyah/Mu'adalah Muallimin/Mua'dalah Salafiyah yang secara sah memperoleh izin penyelenggaraan pendidikan dari pemerintah.
  3. Siswa yang berhak mengikuti seleksi adalah siswa yang didaftarkan oleh Kepala Satuan Pendidikan MA/MAK/SMA/SMK/Pendidikan Diniyah Formal/Pendidikan Kesetaraan Pondok Pensantren Salafiyah/Mu'adalah Muallimin/Mua'dalah Salafiyah masing - masing.

 Persyaratan Siswa Pelamar

  1. Siswa Siswa MA/MAK/SMA/SMK/Pendidikan Diniyah Formal/Pendidikan Kesetaraan Pondok Pensantren Salafiyah/Mu'adalah Muallimin/Mua'dalah Salafiyah kelas terakhir pada tahun 2023
  2. Memiliki prestasi akademik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh masing-masing Perguruan Tinggi 
  3. Memiliki Nomor Induk siswa Nasional (NISN) 
  4. Memiliki nilai rapor Kelas X/Semester 1 dan 2, Kelas XI/Semester 1 dan 2, dan Kelas XII/Semester 1 yang telah diisikan di PDSSlah diisikan di PDSS.

Tata Cara Pendaftaran

1. Sekolah      











b. 2. Siswa

 













3. Melalui sistem, Panitia Nasional membuat pemeringkatan siswa berdasarkan Kualitan Siswa (nilai rapor, prestasi lainnya); Kualitas Sekolah (Akreditasi, index daftar ulang) dan Indeks kewilayahan untuk siswa yang berasal dari daerah 3T. 

4. Peserta dapat mengecek kelulusan pada web https://pengumuman-spas-ptkin.ac.id dengan memasukkan nomor perdaftaran. 

Jadwal Seleksi

Pengisian PDSS

17 Januari - 13 Februari 2023

Verifikasi PDSS

17 Januari - 13 Februari 2023

Pendaftaran (siswa)

16 Februari - 4 Maret 2023

Pengumuman Hasil Seleksi

03 April 2023

Proses verifikasi dan/atau pendaftaran ulang di PTKIN masing-masing bagi yang lulus seleksi

Ditetapkan di masing-masing PTKIN

Pengumuman 

Peserta dapat mengecek kelulusan pada web https://pengumuman-spas-ptkin.ac.id dengan memasukkan nomor pendaftaran. 

Program Studi dan Jumlah Pilihan 

  1. Siswa pelamar memilih 2 (dua) PTKIN yang diminati. 
  2. Siswa pelamar memilih 2 (dua) program yang diminati pada masing-masing PTKIN. 
  3. Urutan pilihan PTKIN dan program studi menyatakan prioritas pilihan.

Share:

Pembelajaran yang Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan

Pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan pada teori yang lain dikenal dengan PAIKEM yaitu menambahkan satu kata inovatif dalam proses pembelajarannya. Sampai saat ini belum ditemukan siapa pencetus model pembelajaran jenis pakem ini.

Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:

  1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
  2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
  3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
  4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
  5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?

1. Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/ berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

2. Mengenal anak secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

8. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’

disadur dari berbagai sumber

Share:

Pengertian Terkait Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4) support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects yang merupakan hasil belajar yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang ditetapkan (instructional effects) dan hasil belajar di luar yang ditetapkan (nurturant effects) (Naskah Model Pembelajaran Kajian Konstitusionalitas yang dikeluarkan oleh Dit. PSMA, 2016).
Pengertian model pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran adalah kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.
Sedangkan pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang yang digunakan seorang guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Cara pandang tersebut perlu direalisasikan dalam pembelajaran dengan menggunakan model atau metode pembelajaran tertentu.
Agar mendapatkan gambaran riil prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, mari kita pahami ilustrasi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh dua orang guru Matematika berikut.

Guru A mengajarkan materi jarak antara titik dan garis dalam ruang dimensi tiga dengan menggunakan prosedur berikut.
  1. Setelah memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran peserta didik, guru meminta siswa duduk berdasarkan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.
  2. Guru membagikan bangun ruang dimensi tiga (kubus, balok, limas, dll) kepada setiap kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat bangun ruang yang berbeda.
  3. Guru meminta siswa untuk menentukan jarak sebuah titik terhadap garis yang harus didiskusikan dalam kelompok.
  4. Siswa mengerjakan tugas dengan berdiskusi dalam kelompok, sambil sesekali bertanya kepada guru, atau mencari dari buku siswa maupun buku lain yang relevan, atau dari internet.
  5. Sambil berjalan berkeliling guru mengarahkan siswa untuk menemukan jarak tersebut dengan berbagai cara, termasuk mengukur, atau dengan menggunakan aturan yang telah dipelajarinya.
  6. Guru meminta perwakilan kelompok mengemukakan hasil diskusi masing-masing kelompok untuk ditanggapi oleh kelompok lain, (guru mencatat hasil dari semua kelompok sambil sesekali memberi arahan atau masukan).
  7. Setelah semua kelompok memaparkan hasil diskusinya, guru mengulas kembali hasil paparan kelompok dan meminta siswa menyimaknya.
  8. Guru dan siswa membuat simpulan berdasarkan hasil diskusi kelas.
  9. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas dan meminta siswa mempelajari materi yang akan dibahas pada kegiatan selanjutnya, kemudian memberi mengakhiri dengan memberi salam.

Sedangkan guru B menggunakan prosedur berikut.
  1. Setelah memberi salam, berdoa, dan mengecek kehadiran peserta didik, guru meminta siswa untuk membuka buku Matematika siswa halaman yang memuat materi dimensi tiga.
  2. Guru meminta siswa membaca dan mempelajari materi tersebut, kemudian duduk di kursinya sambil memeriksa hasil ulangan kelas lain.
  3. Siswa membaca buku sesuai dengan yang ditugaskan guru. Setelah 30 menit, guru (sambil tetap duduk) meminta salah seorang siswa menjelaskan isi halaman yang dibacanya, dan meminta siswa lain untuk menanggapinya. Sambil masih duduk di kursinya guru bertanya mengerti atau tidak, kemudian menjelaskan materi yang sedang dipelajari siswa di buku.
  4. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada di buku (waktu yang disediakan sampai jam pelajaran selesai).
  5. Setelah bel berbunyi namun siswa belum selesai mengerjakan, maka guru meminta melanjutkan pekerjaannya di rumah.
  6. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberi salam.
Kedua guru tersebut di atas telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan prosedurnya masing-masing, namun belum bisa disebut telah menerapkan model pembelajaran tertentu, karena pembelajaran yang dilakukan oleh guru A dan guru B belum memenuhi di antara lima unsur dasar model pembelajaran, yaitu syntax, social system, principles of reaction, support system, dan instructional dan nurturant effects atau jika dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 belum menunjukkan adanya nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya khas model pembelajaran tertentu.
Dalam Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah, disebutkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sedangkan pada permendikbud nomor 22 Tahun 2016 pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan dua Permendikbud tersebut, maka pembelajaran dapat diartikan sebagai proses terjadinya interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sumber belajar untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Lingkungan belajar yang diharapkan adalah berbasis aktivitas berdasarkan karakteristik (1) interaktif dan inspiratif; (2) menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; (3) kontekstual dan kolaboratif; (4) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan (5) sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, serta perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat menggunakan berbagai pendekatan, antara lain berbasis keilmuan/saintifik. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang menekankan pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui kegiatan yang memberikan pengalaman belajar yang bervariasi, mengembangkan sikap ilmiah, mendorong ekosistem sekolah berbasis aktivitas ilmiah, menantang, dan memotivasi dengan beberapa kegiatan berikut.
  1. Mencermati objek pengamatan untuk mendapatkan gambaran/ide besar dari objek pengamatan, komponen, dan keterkaitan antarkomponen objek yang diamati untuk menumbuhkan sikap ketelitian dan kecermatan;
  2. Penumbuhan rasa ingin tahu dengan mempertanyakan sesuatu dari objek yang diamati. Kemudian ditindaklanjuti dengan menyusun pertanyaan yang tepat;
  3. Melengkapi informasi yang diperlukan untuk menjawab keinginantahuan dan/atau melakukan tugas yang diberikan melalui berbagai cara;
  4. Mengonstruk pengetahuan berdasarkan informasi diperoleh; dan
  5. Menyaji pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui berbagai cara.
 
Daftar Pustaka: 
Direktorat PSMA (2017). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Kemdikbud
Share:

Seleksi Penulis Soal Tes Terstandar Tahun 2023

Dalam rangka penjaminan mutu pendidikan, Pusat Asesmen Pendidikan, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi mengadakan Seleksi Penulis Soal Tes Terstandar Tahun 2023 yang bertujuan untuk memperoleh penulis soal yang berkualitas serta memiliki integritas dan komitmen yang tinggi. 
Seleksi ini terbuka bagi guru di seluruh wilayah di Indonesia. Pendaftaran/registrasi secara online mulai tanggal 9 s.d. 13 Januari 2023 melalui laman pendaftaran berikut ini:
a. SD/sederajat: https://s.id/SD-seleksi2023 (kuota 1.000 pendaftar) 
b. SMP/sederajat: https://s.id/SMP-seleksi2023 (kuota 2.000 pendaftar) 
c. SMA/sederajat: https://s.id/SMA-seleksi2023 (kuota 3.000 pendaftar) 
d. Mahasiswa S2 : https://s.id/MHS-seleksi2023 

Persyaratan, mekanisme pendaftaran, dan proses seleksi dapat diakses pada laman https://pusmendik.kemdikbud.go.id atau https://pusmendik.kemdikbud.go.id/konten/berita-seleksi-penulis-soal-tes-terstandar-tahun-2023. Jika ada pertanyaan terkait seleksi dapat disampaikan melalui alamat email: siap@kemdikbud.go.id. Surat pemberitahuan resmi tentang seleksi ini dapat dibaca atau diunduh di sini Informasi tentang seleksi ini dapat juga dilihat pada https://www.instagram.com/p/CnBNBfgJBbd/ 

Simak persyaratannya pada infografis berikut


Alur lengkap pendaftaran dapat disimak pada infografis berikut.
Share:

Cara Mereset Password Akun belajar.id

Password merupakan kata yang digunakan sebagai pengaman pada suatu akun ID. Password juga biasanya digunakan untuk masuk atau login pada akun email, facebook, wordpress, internet banking, dan lain sebagainya.

Password adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap orang jika ingin membuat media sosial, blog, email, dan lain sebagainya. Adanya password dibutuhkan untuk menjaga keamanan agar akun kamu terhindar dari tindakan-tindakan oknum yang tidak bertanggungjawab.

Secara keseluruhan, berikut adalah karakteristik utama password yang baik dan aman: 

  1. Panjangnya minimal 12 karakter. 
  2. Semakin panjang password akan semakin baik
  3. Menggunakan huruf besar dan kecil, angka dan simbol khusus.

Di tengah derasnya perkembangan teknologi, beberapa orang yang memiliki keterampilan untuk meretas dapat dengan mudah membobol password seseorang. Karena itu, penting untuk memastikan dan meningkatkan tingkat keamanan password.

Mengganti password secara berkala dapat menjadi solusi untuk meningkatkan keamanan data dan informasi. Hal ini penting karena password yang tidak sering diganti membuatnya mudah diretas. Selain itu, beberapa komputer modern biasanya memiliki fitur untuk menyimpan password secara otomatis. Meskipun terkesan memudahkan, fitur simpan password otomatis justru membuat beberapa komputer menjadi lebih mudah dibobol.

Mengganti kata sandi secara berkala secara teori merupakan ide yang bagus karena memastikan seseorang tidak dapat memperoleh kata sandi Anda dan menggunakannya untuk mengintip Anda dalam jangka waktu yang lama.

Khusus di sini cara mengganti / mereset password pada akun belajar.id dapat diikuti cara sebagai berikut:

  1. Buka laman https://belajar.id kemudian arahkan ke kolom ‘Reset Password’.
  2. Masukkan data anda dengan   benar dan sesuai,lalu klik ‘Cari Akun belajar.id’.
  3. Jika akun belajar.id anda ditemukan, anda akan diminta untuk memilih cara mendapatkan kode sebelum melakukan reset password. 1) Jika memilih email, masukka email pribadi dan klik ‘Kirim Kode ke email pribadi’. 2) Jika memilih Nomor Handphone, pastikan nomor yang tertera aktif dan sesuai lalu klik ‘Kirim Kode ke Nomr Handphone’. Pastikan email dan nomor handphone yang tertera adalah data anda yang aktif. Silakan hubungi operator sekolah untuk menyesuaikan data di Dapodik jika saat ini data belum sesuai.
  4. Anda akan mendapatkan Kode OTP melalui SMS atau mendapatkan link melalui email pribadi.
  5. Masukkan kode OTP atau klik link yang ada di email pribadi anda untuk diarahkan ke laman ‘Reset Password
  6. Selanjutnya, silakan mengetik password akun belajar.id anda yang baru. Pastikan untuk mengingat dan menyimpan informasi password akun belajar.id anda di tempat yang aman.
  7. Klik Ganti Password dan password akun belajar.id anda akan terganti. 
Share:

FEATURED

Recent Posts

Tayangan Halaman